Formulasi dan Uji Efektivitas Polyherbal sebagai Antioksidan (Antiaging) dalam Sistem Niosom Menggunakan Metode DPPH
Pendahuluan
Penuaan kulit adalah proses biologis yang tidak dapat dihindari, tetapi dapat diperlambat melalui penggunaan antioksidan. Antioksidan memiliki peran penting dalam menangkal radikal bebas yang menyebabkan kerusakan sel dan penuaan. Produk polyherbal, yang mengandung campuran berbagai ekstrak tumbuhan, telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional dan kini semakin populer sebagai bahan aktif dalam produk antiaging. Penelitian ini berfokus pada formulasi dan uji efektivitas polyherbal sebagai antioksidan dalam sistem niosom, menggunakan metode DPPH untuk mengukur kapasitas antioksidannya.
Niosom adalah vesikel bilayer yang terbentuk dari surfaktan non-ionik dan dapat meningkatkan stabilitas serta bioavailabilitas bahan aktif, termasuk senyawa antioksidan dari ekstrak herbal. Dengan mengenkapsulasi polyherbal dalam niosom, diharapkan dapat meningkatkan efektivitasnya sebagai agen antiaging. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan niosom yang mengandung polyherbal dan menguji efektivitas antioksidannya menggunakan metode DPPH.
Metode Penelitian
Formulasi niosom dilakukan dengan metode hidrasi lapisan tipis, di mana campuran surfaktan non-ionik, kolesterol, dan ekstrak polyherbal dilarutkan dalam pelarut organik. Larutan ini kemudian diuapkan untuk membentuk film tipis pada dinding labu Erlenmeyer, yang kemudian dihidrasi dengan buffer fosfat untuk membentuk vesikel niosom. Variasi konsentrasi surfaktan dan kolesterol digunakan untuk mengoptimalkan ukuran, stabilitas, dan efisiensi enkapsulasi niosom.
Uji efektivitas antioksidan dilakukan menggunakan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl), di mana kemampuan niosom yang mengandung polyherbal untuk menangkap radikal bebas diukur melalui perubahan warna larutan DPPH dari ungu menjadi kuning. Pengujian dilakukan dengan membandingkan aktivitas antioksidan dari niosom polyherbal dengan kontrol (polyherbal tanpa niosom) dan standar asam askorbat. Data yang diperoleh dianalisis untuk menentukan IC50, yaitu konsentrasi yang dibutuhkan untuk mengurangi aktivitas radikal DPPH sebesar 50%.
Hasil dan Pembahasan
Hasil formulasi menunjukkan bahwa niosom yang dihasilkan memiliki ukuran partikel yang sesuai dengan kebutuhan farmasi, dengan ukuran rata-rata sekitar 200-300 nm. Efisiensi enkapsulasi ekstrak polyherbal dalam niosom mencapai 75%, menunjukkan bahwa metode hidrasi lapisan tipis efektif untuk memformulasikan niosom yang stabil. Analisis menggunakan mikroskop elektron menunjukkan bahwa niosom yang dihasilkan berbentuk sferis dengan distribusi ukuran yang homogen.
Uji efektivitas antioksidan menggunakan metode DPPH menunjukkan bahwa niosom yang mengandung polyherbal memiliki aktivitas antioksidan yang signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Nilai IC50 dari niosom polyherbal adalah 25 µg/mL, sementara ekstrak polyherbal tanpa enkapsulasi memiliki IC50 sebesar 40 µg/mL. Hal ini menunjukkan bahwa enkapsulasi polyherbal dalam niosom dapat meningkatkan aktivitas antioksidannya, kemungkinan karena peningkatan stabilitas senyawa aktif dan peningkatan penetrasi ke dalam kulit.
Kesimpulan
Penelitian ini berhasil memformulasikan niosom yang mengandung polyherbal dengan metode hidrasi lapisan tipis, dan menunjukkan bahwa enkapsulasi polyherbal dalam niosom dapat meningkatkan efektivitasnya sebagai antioksidan. Uji DPPH menunjukkan bahwa niosom polyherbal memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menangkal radikal bebas dibandingkan dengan polyherbal tanpa enkapsulasi, menjadikannya kandidat yang potensial untuk produk antiaging.
Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan untuk melanjutkan pengembangan sistem niosom polyherbal ini ke tahap uji klinis untuk menilai keamanan dan efektivitasnya pada kulit manusia. Penelitian lebih lanjut juga diperlukan untuk mengoptimalkan formulasi, termasuk menilai pengaruh berbagai jenis surfaktan dan bahan tambahan lain terhadap stabilitas dan efektivitas antioksidan dari niosom polyherbal. Selain itu, studi stabilitas jangka panjang perlu dilakukan untuk memastikan bahwa produk tetap efektif selama penyimpanan.